Tidak Punya Sahabat Terbaik? Ini Alasan Itu Hal Normal

Rabu, 01 Oktober 2025 | 11:15:54 WIB
Tidak Punya Sahabat Terbaik? Ini Alasan Itu Hal Normal

JAKARTA - Banyak orang dewasa merasa heran ketika menyadari bahwa mereka tidak lagi memiliki seorang sahabat terbaik atau yang kerap disebut Best Friend Forever (BFF).

Padahal sejak kecil, film, serial televisi, hingga media sosial kerap menanamkan gambaran bahwa setiap orang “wajib” memiliki satu sosok sahabat yang menjadi teman berbagi rahasia, selalu hadir dalam suka maupun duka, bahkan digambarkan sebagai separuh jiwa. Namun realitasnya, seiring bertambahnya usia, narasi tersebut tidak selalu berlaku.

Bagi sebagian orang, ketiadaan “sahabat terbaik” seringkali menimbulkan kecemasan sosial. Akan tetapi, tidak memiliki BFF justru bisa menjadi tanda kehidupan sosial yang sehat, matang, dan seimbang. Hidup tanpa sahabat utama bukan berarti kekurangan, melainkan cara lain untuk menjalin hubungan yang lebih beragam dan realistis. 

Yang terpenting bukanlah label “best friend”, melainkan kualitas interaksi, dukungan nyata, serta kemampuan menemukan kebahagiaan baik saat bersama orang lain maupun dalam kesendirian.

Dilansir dari Terrific Words dan Bolde, berikut beberapa alasan mengapa hidup tanpa BFF bisa menjadi sesuatu yang positif.

1. Hubungan Tidak Selalu Butuh Label “Terbaik”

Banyak orang terjebak pada ekspektasi bahwa persahabatan sejati harus diberi label “best friend”. Label ini kadang justru menimbulkan tekanan, karena ada tuntutan bahwa sahabat tersebut harus selalu hadir dalam berbagai situasi. Padahal, banyak hubungan pertemanan yang tetap dalam, penuh kasih, dan mendukung, meskipun tanpa label tersebut. Inti dari persahabatan bukanlah sebutan, melainkan bagaimana kualitas komunikasi serta rasa saling percaya di dalamnya.

2. Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas

Hidup tanpa seorang sahabat utama memberi ruang bagi seseorang untuk lebih selektif. Alih-alih berusaha akrab dengan semua orang, fokus bisa diarahkan pada membangun koneksi yang benar-benar bermakna. 

Penelitian psikolog Robin Dunbar menunjukkan bahwa lingkaran pertemanan kecil namun solid memberikan dukungan emosional yang lebih kuat daripada sekumpulan kenalan biasa. Dengan kata lain, memiliki beberapa teman dekat yang konsisten lebih berharga dibandingkan puluhan kenalan tanpa kedekatan emosional.

3. Kemandirian Tumbuh dari Ketidakbergantungan

Tidak adanya satu figur pusat tempat bergantung dalam kehidupan sosial justru melatih seseorang menjadi lebih mandiri. Mereka terbiasa menyelesaikan masalah sendiri, mengambil keputusan dengan percaya diri, serta membangun kekuatan batin. Kemandirian ini bukan berarti menolak kehadiran teman, melainkan kemampuan untuk berdiri tegak tanpa selalu mengandalkan satu orang. Hasilnya, individu menjadi lebih berani menghadapi tantangan baru sekaligus mengejar peluang tanpa rasa takut berlebihan.

4. Kesepian Bukanlah Kondisi Permanen

Banyak yang mengira bahwa tanpa BFF, hidup akan dipenuhi rasa sepi. Faktanya, kesepian hanyalah perasaan sementara yang bisa berubah seiring waktu. Sesekali merasa kesepian adalah bagian wajar dari kehidupan manusia. Bahkan, momen sendirian justru dapat menjadi ruang refleksi, kreativitas, dan ketenangan batin. Kuncinya bukan menghindari rasa sepi, melainkan belajar meresponsnya dengan cara sehat: menerima, membiarkannya mengalir, dan tidak menjadikannya identitas permanen.

5. Sendirian Tidak Sama dengan Sepi

Tidak memiliki sahabat terbaik bukan berarti seseorang hidup tanpa kasih sayang. Dukungan bisa datang dari keluarga, rekan kerja, tetangga, bahkan orang yang tidak disangka-sangka. Selain itu, waktu sendirian dapat digunakan untuk mengeksplorasi hobi, minat baru, atau sekadar menikmati kebersamaan dengan diri sendiri. Hal ini membantu membangun identitas yang lebih kuat dan kebahagiaan yang bersumber dari dalam diri.

6. Kesempatan Tumbuh Lebih Luas

Mengandalkan satu orang untuk semua kebutuhan emosional dapat membatasi pengalaman sosial. Sebaliknya, tanpa bergantung pada sosok BFF, seseorang memiliki peluang menjelajah berbagai jenis hubungan. Setiap pertemanan memberikan pelajaran baru, perspektif berbeda, dan membuka peluang pengembangan diri. Identitas pun terbentuk dari beragam pengalaman, bukan hanya dari keterikatan pada satu figur.

7. Minim Tekanan dan Drama

Menumpukan semua ekspektasi pada satu orang sering kali menimbulkan drama ketika hubungan itu retak. Tanpa beban tersebut, pertemanan terasa lebih ringan dan fleksibel. Orang bisa lebih bebas menentukan pilihan hidup tanpa harus selalu menyesuaikan dengan sahabat tertentu. Tekanan emosional pun berkurang, sehingga kehidupan sosial menjadi lebih sehat dan seimbang.

Mengubah Cara Pandang tentang Persahabatan

Memahami bahwa tidak semua orang harus punya BFF memberi kelegaan tersendiri. Persahabatan tetap penting, tetapi tidak harus berbentuk “satu sahabat sejati”. Justru, hidup dengan berbagai lingkaran sosial yang sehat memungkinkan seseorang merasakan keberagaman pengalaman.

Menjalani hidup tanpa BFF bukanlah tanda kesepian permanen atau kegagalan sosial, melainkan pilihan gaya hidup yang realistis. Yang paling utama adalah bagaimana setiap hubungan memberikan rasa aman, dukungan emosional, serta ruang untuk berkembang.

Ketiadaan “sahabat terbaik” bukanlah masalah yang perlu dicemaskan. Justru, hal itu bisa menjadi pintu menuju kehidupan sosial yang lebih sehat, mandiri, dan seimbang. Persahabatan bukan soal label, tetapi tentang kualitas hubungan yang nyata.

Setiap orang berhak memiliki pola hubungan sesuai kebutuhannya. Tidak punya BFF tidak membuat hidup lebih sepi, justru memberi ruang untuk mengenal diri sendiri, mengurangi drama, serta membuka peluang menjalin lebih banyak koneksi bermakna. Pada akhirnya, hidup sehat tanpa sahabat terbaik adalah hal yang sepenuhnya normal.

Terkini